Menjurai Harmoni Bumi Etam
Upaya merajut harmoni dengan alam demi kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan terus dilakukan oleh banyak komunitas di berbagai belahan dunia. Termasuk oleh beberapa komunitas di Bumi Etam, sebutan khas untuk Kalimantan Timur. Warga di Desa Pela, misalnya, memiliki hubungan kuat dengan pesut mahakam. Mereka melidungi pesut mahakam karena lumba-lumba air tawar itu merupakan penunjuk akurat yang menggambarkan kondisi Sungai Pela dan kelimpahan ikan bagi para nelayan. Keberadaan satwa endemik langka itu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke desa itu.
Di Kampung Lama, Kecamatan Samboja, warga setempat juga punya hubungan kuat dengan satwa endemik terancam punah lainnya, yaitu bekantan. Keberadaan primata berhidung besar itu telah menarik perhatian banyak turis asing maupun lokal untuk menyusuri Sungai Hitam di Samboja. Masyarakat juga meyakni bahwa bekantan di sekitar Sungai Hitam merupakan teman perjuangan leluhur mereka.
Di tempat lain, di Desa Prangat Baru, kehidupan yang harmonis dengan alam juga terjalin berkelindan. Bersama pohon kopi dan luwak si hewan nokturnal, warga desa menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Luwak bisa memakan buah kopi yang warga tanam dan warga bisa memanen biji kopi yang keluar dari sistem pencernaan luwak. Warga transmigran di Desa Prangat Baru yang selama ini bergantung pada komoditas karet, kini bisa menjual biji kopi luwak yang harganya berkali-kali lipat daripada getah karet.
Dimensi Booklet:
16.50 x 24.00 cm
Keterangan:
Buku ini dapat di dapatkan di Pertamina Hulu Indonesia